Senin, 20 Oktober 2014

BUDAYA JAWA TIMUR


Taukah kalian bahwa Kebudayaan dan adat
istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat
menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan,
sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman
yang berarti bahwa kawasan tersebut dulunya
merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun
(Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-
Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar,
Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti
halnya di Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak
cukup populer di kawasan ini. Kawasan pesisir
barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah
Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara
Jawa Timur merupakan daerah masuknya dan
pusat perkembangan agama Islam. Lima dari
sembilan anggota walisongo dimakamkan di
kawasan ini. Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya
(termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan
Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya
Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh
dari pusat kebudayaan Jawa seperti Surakarta dan
Yogyakarta.
Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak
dipengaruhi oleh budaya Madura disebabkan
besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini.
Adat istiadat masyarakat Osing merupakan
perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali.
Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak
dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti di Jawa
Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan
persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat
yang diselenggarakan antara lain: tingkepan
(upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak
pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya
bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima
hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh
bulan), sunatan, pacangan.
Di jawa timur bahasa yang digunakan yaitu
bahasa jaw namun bahasa jawa yang digunakan di
Jawa Timur memiliki beberapa dialek/logat. Di
daerah Mataraman (eks-Karesidenan Madiun dan
Kediri), Bahasa Jawa yang digunakan hampir sama
dengan Bahasa Jawa Tengahan (Bahasa Jawa Solo-
an). Di daerah pesisir utara bagian barat (Tuban
dan Bojonegoro), dialek Bahasa Jawa yang
digunakan mirip dengan yang dituturkan di daerah
Blora-Rembang di Jawa Tengah. Dialek Bahasa
Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan
Bahasa Jawa Timuran, yang dianggap bukan
Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran
adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali
mengabaikan tingkatan bahasa layaknya Bahasa
Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar.
Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso
Suroboyoan. Dialek Bahasa Jawa di Malang
umumnya hampir sama dengan Dialek Surabaya,
hanya saja ada beberapa kata yang diucapkan
terbalik, misalnya mobil diucapkan libom, dan
polisi diucapkan silup; ini dikenal sebagai Boso
Walikan. Suku Osing di Banyuwangi
menggunakankan Bahasa Osing. Bahasa Tengger,
bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Suku
Tengger, dianggap lebih dekat dengan Bahasa Jawa
Kuna.
Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian
khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa
Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung
yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-
laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan
kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan
sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui
dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya
dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini
kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di
daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang. Reog
merupakan kesenian khas Ponorogo kini juga
menjadi salah satu kesenian Jawa Timur.
Pementasan reog disertai dengan jaran kepang
(kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib.
Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain
wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng
dalang di Madura, dan besutan. Legenda terkenal
dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan
Angling Darma.
Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum
dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan,
gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan
trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari
gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.
Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang
melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan
pada waktu menyambut para tamu. Reog Ponorogo,
merupakan tari daerah Jawa Timur yang
menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan
kegagahan.
Musik tradisional Jawa Timur hampir sama
dengan musik gamelan Jawa Tengah seperti Macam
laras (tangga nada) yang digunakan yaitu gamelan
berlaras pelog dan berlaras slendro. Nama-nama
gamelan yang ada misalnya ; gamelan kodok
ngorek, gamelan munggang, gamelan sekaten, dan
gamelan gede. Kini gamelan dipergunakan untuk
mengiringi bermacam acara, seperti mengiringi
pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak,
tari-tarian, upacara sekaten, perkawinan, khitanan,
keagaman, dan bahkan kenegaraan.
Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat
(seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo)
umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa
Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur
umumnya memiliki bentuk joglo , bentuk limasan
(dara gepak), bentuk srontongan (empyak
setangkep). Kota-kota di Jawa Timur banyak
terdapat bangunan yang didirikan pada era
kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.
Pakaian adat jawa timur ini disebut
mantenan. pakaian ini sering digunakan saat
perkawinan.
Macam-macam produk unggulan kerajinan
anyaman bambu berupa : caping, topi, baki, kap
lampu, tempat tissue, tempat buah, tempat koran
serta macam-macam souvenir dari bambu lainnya.
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut
perkawinan monogami. Sebelum dilakukan
lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake
(menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon
suami), setelah itu dilakukan peningsetan
(lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan
acara temu atau kepanggih. Untuk mendoakan
orang yang telah meninggal, biasanya pihak
keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1,
ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun
setelah kematian.
Festival Bandeng selalu digelar setiap tahun
yang dibarengi dengan acara lelang (menjual
dengan harga tawar yang paling tinggi) bandeng
kawak yang sudah menjadi tradisi masyarakat
Sidoarjo. Festival yang juga bertujuan melestarikan
budaya tradisional tahunan masyarakat Sidoarjo itu
diikuti empat peserta petambak di Kabupaten
Sidoarjo. Peserta berlomba menunjukkan hasil
tambak berupa bandeng yang paling sehat dan
terbaik.
Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo ini
merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali
untuk menghormati Gunung Brahma (Bromo) yang
dianggap suci oleh penduduk suku Tengger.
Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada
di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan
ke puncak gunung Bromo. Upacara ini diadakan
pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan
purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan
Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Ada tiga jenis parikan di dalam ludruk
pada saat bedayan (bagian awal permainan
ludruk). Ketiga jenis parikan tersebut adalah lamba
(parikan panjang yang berisi pesan), kecrehan
(parikan pendek yang kadang-kadang berfungsi
menggojlok orang) dan dangdutan (pantun yang
bisa berisi kisah-kisah kocak).
Ketoprak (bahasa Jawa kethoprak) adalah
sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam
sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang
diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi
dengan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan
ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari
cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula
diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita
tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos
(wiracarita): Ramayana dan Mahabharata.
Reog adalah salah satu kesenian budaya
yang berasal dari Jawa Timur, khususnya kota
Ponorogo. Tak hanya topeng kepala singa saja yang
menjadi perangkat wajib kesenian ini. Tapi juga
sosok warok dan gemblak yang menjadi bagian dari
kesenian Reog.
Di Indonesia, Reog adalah salah satu budaya
daerah yang masih sangat kental dengan hal-hal
yang berbau mistik dan ilmu kebatinan. Seni Reog
Ponorogo ini terdiri dari 2 sampai 3 tarian
pembuka. Tarian pertama biasanya dibawakan
oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba
hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para
penari ini menggambarkan sosok singa yang
pemberani. Berikutnya adalah tarian yang
dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada
reog tradisional, penari ini biasanya diperankan
oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita.
Tarian ini dinamakan tari jaran kepang. Tarian ini
berbeda dengan tari kuda lumping. Tarian
pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa
tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan
lucu. Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung
kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika
berhubungan dengan pernikahan maka yang
ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk
hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita
pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong.
Seorang penari memakai topeng berbentuk kepala
singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu
burung merak.
Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari
Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk kereta,
dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh
gamelan Madura yang disebut saronen.
Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik
semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan
mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu
dalam lomba adu cepat melawan pasangan-
pasangan sapi lain. Jalur pacuan tersebut biasanya
sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat
berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas
detik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar